Kamis, 22 September 2016

Pembangunan Blok Masela di Darat: Apakah Sudah Benar dan Tepat?

Blok Masela sudah diputuskan dibangun di darat (onshore) oleh Presiden Jokowi pada bulan Maret lalu yang sebelumnya direncanakan akan dibangun di laut (offshore). Keputusan pembangunan di darat oleh Presiden Jokowi dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai masukan, seperti aspirasi warga Maluku yang menginginkannya untuk dibangun di darat. Pembangunan di darat juga dilontarkan oleh Menteri Rizal Ramli dan beberapa lembaga swadaya masyarakat karena melihat efek jangka panjang ketika pembangunan dilakukan. Mari kita dalami, apakah benar pembangunan di darat lebih memberi kemanfaatan yang banyak bagi bangsa ini?
Ada berapa sebab mengapa pembangunan di darat lebih menguntungkan bagi bangsa Indonesia, yaitu:
  1. biaya investasi dan operasi yang lebih rendah dibandingkan di laut;
  2. menyerap tenaga kerja yang banyak dibandingkan di laut; dan
  3. banyak berdiri industri yang berkaitan dengan pembangunan blok Masela seperti petrokimia, pabrik industri, pariwisata, properti, dll.
Apakah benar biaya investasi dan operasi kilang onshore lebih rendah dibandingkan dengan offshore? Menurut kontraktor yang mengerjakan Blok Masela, yaitu Inpex dan Shell, pembangunan di laut lebih murah dibandingkan dengan di darat. Pembangunan kilang offshore menalan biaya USD14,8 miliar, sedangkan kilang onshore USD19,3 miliar.
Namun, hal ini dibantah oleh pengamat energi, Drajad Wibowo. Ia mengatakan bahwa apa yang disampaikan Inpex dan Shell tidak rasional. Blok gas lepas pantai yang dikerjakan oleh Australia dengan sumber gasnya hanya setengahnya dari Blok Masela hanya menelan investasi US$ 12 miliar. kajian Kemenko Maritim, menyatakan bahwa biaya pembagunan kilang darat (Onshore) sekitar 16 miliar dolar AS. Sedangkan, jika dibangun kilang apung di laut (offshore), biayanya mencapai 22 miliar dolar AS.
Pembangunan Blok Masela akan berdampak signifikan bagi pendapatan devisa negara dan perekonomian daerah, khususnya Maluku. Menurut Ketua Task Force Pembangunan MTB, Connie Rahakundini Bakrie, pendapatan negara dari Blok Masela berkisar pada angka 1.659 trilliun. Indonesia bisa menjadi negara kaya dengan memanfaatkan Blok Masela. Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, memastikan bahwa Indonesia bisa kalahkan Qatar dalam pengelolaan gas jika Blok Masela sudah beroperasi.

"Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, memastikan bahwa Indonesia bisa kalahkan Qatar dalam pengelolaan gas jika Blok Masela sudah beroperasi."

Durasi operasi Blok Masela yang sangat lama, sekitar 70 tahun, akan memberikan efek yang jangka panjang kepada penduduk sekitar dengan banyaknya permintaan kebutuhan tenaga kerja yang terserap dari Blok Masela. Menurut hasil kajian Lembaga Kajian Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, kebutuhan tenaga kerja di sana menunjukkan angka 143.900 orang. Lapangan pekerjaan ini akan melimpah ketika pembangunan dilakukan di darat karena cakupan areanya luas sehingga membutuhkan banyak pekerja. Yang tidak kalah pentingnya, akan banyak lowongan pekerjaan selain di Blok Masela karena pengoperasian Blok Masela akan menimbulkan multiefek ke banyak sumber usaha.
Perekonomian daerah Maluku akan bertambah maju jika Blok Masela beroperasi. Pembangunan kilang di darat (onshore) dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk industri hilir seperti industri pupuk dan petrokimia. Sektor industri dan jasa lainnya juga akan merasa dampak positifnya seperti pembangunan pada bidang properti (kos-kosan, restoran, warung makan, penginapan, bandara, mal, dan lain lain). Pembangunan kilang di darat akan memberikan dampak yang multieffect untuk sektor lainnya. Direktur Archipelago Solidarity Foundation (Arso) Dipl-Oek Engelina Pattiasina, mengemukakan bahwa jika pengolahan gas berada di darat, Maluku bisa membangun kota yang lebih besar dari Balikpapan, Apalagi di area tersebut dapat didirikan pabrik pupuk dan sebagainya sehingga perekonomian di wilayah Maluku dan Indonesia Timur lebih bergeliat.

sumber :
www.selasar.com/ekonomi/pembangunan-blok-masela-di-darat-apakah-sudah-benar-dan-tepat

Rabu, 20 Maret 2013

Perbedaan Float Charge and Boost Charge




Float Charge dan Bost Charge adalah metode pengisian baterai. metode float charge terjadi ketika UPS operasi berpindah ke baterai operasi. Selama baterai operasi maka terjadi pengisian baterai dengan float charge. Selama float charge, tegangan yang diisi adalah 2.25 VDC/cell untuk baterai lead acid.

Boost Charge adalah metode pengisian baterai dimana tegangan yg diisi jauh lebih besar yaitu 2.35-2.4 Vdc/cell untuk baterai lead acid. Boost charge dilakukan ketika baterai sudah drop sehingga mempercepat baterai terisi penuh dibanding metode float charge.

Rabu, 05 Desember 2012

Apa itu DC Charger


DC Charger kebalikan dari AC UPS, dimana keluaran dari DC Charger adalah Tegangan DC. Fungsi DC  Charger sama seperti AC UPS yaitu sebuah peralatan listrik yang memback up ketika listrik dari PLN atau Jaringan utama padam  sehingga beban tetap online/tidak padam, biasanya keluaran dari DC charger ke beban seperti Motor DC, Switchgear, dll.  
Cara kerja DC Charger adalah input dari sumber masuk ke rectifier kemudian keluaran dari rectifier akan menuju ke beban dan juga mengisi muatan ke baterai (ngecharge baterai). Baterai memiliki fungsi yang sangat penting  yaitu ketika lisrik padam, maka baterai yang mengambil peranan untuk menjaga beban tetap online (tidak Padam). Rectifier memiliki fungsi yaitu mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Berikut contoh Single Line Diagram (SLD) DC Charger merk Gutor Schneider. 

Selasa, 04 Desember 2012

Kalkulasi " Sizing" Baterai

Diketahui :





Capacity of the UPS                           : 15 kVA
Load (Autonomy)                               : 15 kVA
Cos Phi                                                : 0.85
Autonomy                                          : 180 Minutes (at 100% load) 
Nominal DC Voltage                          :  220 V
Float DC Voltage                                :  243  V 
Minimum DC Voltage                        : 194.40  V
Float voltage per cell                           : 2.25  
Inverter Efficiency                              : 88.00 %        
Life Time Battery                                : 25 years



CALCULATION OF SIZING THE BATTERY


Number of cells
                                  
                           
    
                      Float DC Voltage               
         N    =  -----------------------------     
                      Float Voltage per cell          

         N      =  243 / 2.25 = 108 cell



Power Input to Inverter
            
                         
                          Load x Cos Phi                
Pinv    =  -----------------------
               Inverter Efficiency           
                           
          Pinv     = 12750/ 0.880 = 14488.64  W



Minimum allowable voltage per cell

                                Minimum DC Voltage       
Vmin    =    ----------------------------------- 
                 Total amount of cells                      

             Vmin = 194.4/ 108 = 1.80 Vpc


Discharge current maximum at 100% load.
                                         Pinv *1       
Idisc    =   -----------------------------------
                 Minimum DC Voltage                   


                 Idisc = 14488,64/ 194.4 = 74.53 A

Considering Ageing factor (1.25) and Design Margin (1.15):

            Idisc    =   Idisc x Ageing Factor x Design Margin     =   107.14     A




According to Datasheet from GNB-Exide Absolyte GP  (attached), that for discharged constant c  =   107.14    A with back up time 180 (One Hundred and Eighty) minutes, end voltage 1.8 Vpc, the battery type to be used is 6-90G11 (432 AH/8 Hrs). No. of cell 108 cells. (=18 blocks)